Sejak senang "ngoprek" kamera di tingkat 1 dulu, mata saya jadi awas terhadap kamera-kamera yang berkeliaran di dekat saya. Mulai dari kamera HP, kamera analog, kamera digital baik jenis pocket, DSLR, hingga mirrorless pasti saya cobain. Beberapa tahun menggandeng Canon 550D sebagai teman setia, saya cukup kewalahan karena setiap kali travelling dengan membawa SLR artinya saya akan membawa volume dan berat tambahan di bagasi saya. Buat saya yang hobi bawa 1 daypack untuk bepergian selama 7 hari rasanya merana aja kalau harus bawa tentengan 1 tas SLR yang terasa seperti membawa 1/2 dus mie instan. Berangkat dari pengalaman itu akhirnya saya bertekad untuk membeli sebuah kamera yang syaratnya: 1. Ukurannya travel friendly 2. Menghasilkan gambar yang bagus. Setelah melirik beberapa merek akhirnya pilihan saya jatuh kepada Fujifilm XQ2.
Kenapa sih Fujifilm XQ2?
1. Ukuran Mini dan Ringan
Ini adalah prioritas saya kali ini. Sebetulnya saya mengalami kegamangan yang luar biasa saat menentukan kamera apa yang harus saya beli. Satu sisi ingin meramaikan jagat mirrorless dengan membawa pulang Fujifilm X10T, tapi ukurannya ternyata masih cukup besar untuk dimasukkan ke clutch jalan-jalan saya. Masih ada jendolan dari lensanya gitu kan (jendolan apaan). Mau bawa pulang X100T tapi too broke to afford it. Akhirnya saya memilih Fujifilm XQ2 yang ukurannya hanya 100.0 mm x 58.5 mm x 22.2mm dengan berat tak lebih dari 206gr. Kamera ini bisa berdiri di telapak tangan saya dan bahkan masih menyisakan ruangan disana waaaaw. Selain kecil, kamera ini juga tergolong cukup ringan jadi bisa dibawa kemana-mana tanpa harus kena serangan encok musiman hahaha (pengalaman banget kena penyakit ini setelah travelling dengan SLR). Kamera ini bisa ditaro di waist-pack (maksudnya tas pinggang ya, bukan waist pack natural a.k.a perut buncit wgwg), hand bag, clutch, dan bahkan saku celana. Bener-bener jawaban atas segala doaku (naon)
Kenapa sih Fujifilm XQ2?
1. Ukuran Mini dan Ringan
Ini adalah prioritas saya kali ini. Sebetulnya saya mengalami kegamangan yang luar biasa saat menentukan kamera apa yang harus saya beli. Satu sisi ingin meramaikan jagat mirrorless dengan membawa pulang Fujifilm X10T, tapi ukurannya ternyata masih cukup besar untuk dimasukkan ke clutch jalan-jalan saya. Masih ada jendolan dari lensanya gitu kan (jendolan apaan). Mau bawa pulang X100T tapi too broke to afford it. Akhirnya saya memilih Fujifilm XQ2 yang ukurannya hanya 100.0 mm x 58.5 mm x 22.2mm dengan berat tak lebih dari 206gr. Kamera ini bisa berdiri di telapak tangan saya dan bahkan masih menyisakan ruangan disana waaaaw. Selain kecil, kamera ini juga tergolong cukup ringan jadi bisa dibawa kemana-mana tanpa harus kena serangan encok musiman hahaha (pengalaman banget kena penyakit ini setelah travelling dengan SLR). Kamera ini bisa ditaro di waist-pack (maksudnya tas pinggang ya, bukan waist pack natural a.k.a perut buncit wgwg), hand bag, clutch, dan bahkan saku celana. Bener-bener jawaban atas segala doaku (naon)
2. Sensor 2/3" CMOS
Kenapa sih sensor itu penting? sensor adalah nyawa sebuah kamera (batre deng kalo nyawa, tapi intinya sensor tuh penting banget), dia adalah inti dari sebuah kamera. Dia akan menentukan kemampuan sebuah kamera dalam menyerap cahaya, menghasilkan kualitas foto dengan warna yang lebih baik, hingga menekan noise. Sensor itu macem-macem, dari yang terkecil sampai terbesar adalah sensor 1/2.5", 1/1.8", 2/3", APS-C, APS-H, dan Full Frame (lebih jelas bisa dibaca disini dan disini). Intinya sih semakin besar ukuran sensor, semakin baik gambar yang dihasilkan (dan semakin mahal harga kameranya yey. oke. bye). Sebelumnya saya terbiasa pakai kamera dengan sensor APS-C yang tertanam di DSLR yang tentu saja menghasilkan kualitas gambar yang jauh lebih baik dari kamera pocket. Sehingga sebetulnya memotret dengan kamera bersensor 2/3" CMOS adalah tantangan tersendiri karena terasa seperti downgrade (ya emang sih dari SLR ke Pocket Cam gitu loh). Namun demikian, Fujifilm XQ2 dengan sensor 2/3" CMOS sudah termasuk kamera kelas menengah ke atas loh karena biasanya kamera pocket memiliki sensor yang lebih kecil dari itu. Bahkan sensor ini adalah sensor yang sama yang tertanam di kelas Fujifilm mirrorless X30. Tapi honestly dibandingkan dengan Sony RX yang sudah pakai sensor 1", Fujifilm ini kalah. Sebanding lah dengan harga yang dibayar karena tipe Sony RX terbaru harganya lebih dari 2 kali harga Fujifilm XQ2 hahaha. Ada uang ada barang ya.
3. Apertur kecil = bukaan besar, dan ada Wifi
Apa sih apertur? Apertur atau disebut juga dengan diafragma adalah lubang yang akan menentukan seberapa besar cahaya yang dapat masuk ke kamera. Aperture yang kecil akan menghasilkan bukaan yang besar sehingga kualitas gambar yang dihasilkan bisa menjadi lebih baik. Tidak seperti kamera sekelas lainnya, Fujifilm XQ2 menyajikan apertur terkecil di f/1.8 yang artinya bukaan yang dihasilkan sangat besar. Bandingkan dengan merek lain yang aperture terkecilnya hanya mencapai f/2.8 saja. Selain itu, Fujifilm XQ2 sudah dilengkapi dengan adanya wifi yang memungkinkan transfer gambar dari kamera ke gawai kita menjadi lebih mudah. Jadi walaupun ukurannya minim, bukan berarti fitur lainnya ikutan minim juga ya!
4. Terdapat Housing Waterproof
Sebagai makhluk air sejati (dugong :( ), saya seneng banget kalo bisa berenang sambil motret kondisi bawah laut. Tapi sampai saat saya berangkat ke Flores kemarin, keterjadian beli kamera waterproof tidak pernah lebih dari wacana karena harganya yang cukup mahal. Ada sih yang murah, tapi kualitasnya tidak sebagus yang mahal (yaiyalah). Mau beli housing waterproof untuk DSLR juga ga mampu karena muahaaaaal. Namun akhirnya kebimbangan saya terjawab setelah Mbak Siti, SA Focus Nusantara di Jonas Banda mengatakan ke saya kalau penjualan Fujifilm XQ2 ini berbonus memory 16GB dan housing Waterproof. Housingnya lucu banget karena berbentuk seperti kamera SLR dengan ornamen warna orange, pokonya bikin ceria gitu warnanya. Yang jelas sih warna orange ini fungsinya supaya keliatan waktu dibawa ke underwater sana. Konon kata Mbak Siti dengan waterproof case ini kamera Fujifilm XQ2 saya bisa dibawa diving hingga kedalaman 40 meter!! waaaaaw (tapi ga berani sih diving sedalem itu wakaka). Lumayan lah untuk merekam aktivitas snorkling-snorkling lucu
Kondisi saat kamera sudah dimasukkan
5. Shooting Mode yang Beragam
Suka motret panoramic? Ingin coba multiple exposure langsung di kamera sendiri? Nah jangan panik dan jangan khawatir karena semua itu bisa dilakukan secara otomatis lewat menu-menu yang disediakan di kamera ini. Beragam shooting modes disediakan untuk menunjang aktivitas yang kita lakukan dan jenis foto seperti apa yang akan kita ambil. Ada portrait enhancer, pro low-light, sport mode, sunset mode, snow mode, fireworks mode, underwater, sampai landscape. Ada juga filter-filter yang bisa digunakan untuk memodifikasi warna pada foto yang kamu hasilkan sehingga beda dari yang lainnya.
6. Affordable Price
Nah inilah yang pasti ditunggu-tunggu :D Belanja kamera mungkin akan terasa mahal banget bagi beberapa orang. Tapi menurut saya, beli kamera itu termasuk investasi loh karena ya hanya dengan benda ini kita bisa mengabadikan momen. Tapi balik lagi sih, seringkali nyali ciut banget karena harga kamera yang sesuai dengan keinginan dan idealisme kita muahalnya minta ampun. Hiks hiks. Bicara haraga, menurut saya Fujifilm XQ2 ini cukup affordable loh.. kita malah dapet lebih dari apa yang kita bayarkan. Belum lagi dapat bonus Memory Sandisk 16GB dan Fujifilm Waterproof Housing. Beberapa kali bahkan saya sempat terima broadcast dari Fujifilm Indonesia terkait promo mereka, ada promo cash back, sampai promo beli lensa harga murah. Saya kemarin beli di Fujifilm Corner milik Focus Nusantara yang ada di Jonas Photo Banda. Sales assistant disini oke bangeeeeet bahkan SA yang nemenin saya waktu itu, mbak Siti, ga ada lelahnya walau harus ngikutin saya tawaf mengelilingi etalase di Jonas bahkan sampe bongkar-bongkar lemarinya Focus Nusantara saking bingungnya mau ambil yang mana, tapi Mbaknya tetep sabar ngejelasin plus minus masing-masing kamera dan engga pernah keliatan bete. Hebat banget :D Anw harga Fujifilm XQ2 (+Sandisk 16GB, Fujifilm Waterproof Housing WPH-Q1) per 19 Mei 2016 Rp 4,300,000,- garansi resmi 1 tahun dari Fujifilm Indonesia.
Nah setelah jelasin Plusnya, saya mau jelasin beberapa minusnya kamera ini .. ya siapa tau jadi evaluasi ya buat produk Fujifilm selanjutnya.
1. Strap bawaan Fujifilm tipis dan sangat ringkih
Strap yang dikasih oleh Fujifilm adalah hand strap yang tipis dan ringkih banget. Ini kaya strap yang jelas akan robek dan murudul ketika kebasahan. Dibandingkan dengan neck strap di Fujifilm X Series lain, strap di XQ2 sih jauh lebih kecil.. Di strapnya sendiri tidak ada kuncian yang bisa mempersempit ukutan strap hingga bisa pas dengan pergelangan tangan kita, biar tidak melorot gitu. Kamera saya bahkan beberapa kali hampir lepas dari tangan (dan akhirnya sempat lepas dan terjun dari tangan saya) karena hand strapnya merosot akibat kelonggaran di tangan saya huhu. Ini bisa diakalin dengan beli strap baru sih, kita bahkan bisa pasang neck strap karena di kameranya ada 2 kaitan besi di sisi kanan dan kiri. Tapi ya kalau beli lagi kan keluar uang lagi ya, kita kan kaum gratisan hahaha.
2. Tidak terdapat viewfinder dan hotshoe
Sebetulnya 2 hal ini komplementer saja sih, mungkin karena saya terbiasa pakai DSLR, keberadaan viewfinder menjadi terasa krusial kehadirannya dalam elemen sebuah kamera. Tentu saja ini penting untuk membantu kita menentukan fokus terhadap gambar apa yang akan kita ambil. Kalau untuk regular usage sih screen nya sudah cukup mengakomodasi dalam menampilkan gambar yang akan kita ambil. Selain itu, tidak ada hotshoe. Nah buat yang belum tau.. hotshoe adalah dudukan yang biasanya ada di dekat viewfinder tepatnya di bagian atas kamera yang fungsinya untuk menempatkan external flash atau additional mic. Kamera Fujifilm XQ2 ini menurut saya cocok buat teman-teman yang hobi vlogging karena kapasitas recordingnya udah 60fps, smooth banget. Keberadaan hotshoe pasti bantu banget nih untuk mengekskalasi kualitas suara saat recording dengan menaruh additional mic di kamera. Gituloh pentingnya hotshoe.
3. Timer yang durasinya terlalu panjang dan terlalu pendek
Timer yang disediakan kamera ini adalah 2 detik dan 10 detik yang menurut saya sih ekstrim banget deh. Extremely long and extremely short. Kalau saya membayangkan timer ini digunakan untuk kita selfie, 2 detik tuh pasti pose yang terambil adalah pose tangan masih benerin poni atau senyum yang belum sempet merekah a.k.a senyum penyet. 10 detik? 10 detik keburu gigi saya kering karena nunggu terlalu lama. 5 seconds Fuji, and everything will be better.
Test Shot Low Light (muncul sedikit efek blurred, gambar diambil dari balik jendela mobil)
Test Shot Obyek Dekat
Test Shot Obyek Berwarna
Test Shot Indoor
Yaa, kesimpulannya sejauh ini saya seneng banget sama Fujifilm XQ2 ini.
Setiap hari saya jadi bisa bawa kamera untuk ambil snapshots di kantor
atau sekedar foto-fotoin makanan pas jalan makan siang untuk sorenya
saya review di Trip Advisor. Kalau pakai SLR, belum-belum foto sudah
kesiram kuah bakso duluan karena kameranya ngebaduk-baduk mangkok hahaha
(lebay) (tapi aku tetep sayang kamera SLRku) (sayang banget melebihi
sayang sama pacar #ok). Kamera ini saya bawa saat weekend escape ke Bali
beberapa minggu yang lalu. Overall, kamera ini cocok banget untuk
dibawa travelling dan cukup lah untuk foto-foto yang numpang filter VSCO dan hendak diupload di Instagram.
Minat mencoba? Silahkan kunjungi gerai Fujifilm terdekat!
No comments:
Post a Comment