Sunday, 6 March 2016

Kemana Kita di Malang?

Kunjungan pertama saya ke Malang adalah tahun 2013 lalu. Sudah 3 tahun loh tapi rasanya baru kemarin sore saya menjejakkan kaki di kota itu. Karakteristik geografis yang amat mirip dengan Bandung membuat saya merasa pergi ke Malang tak ubahnya seperti pergi ke sisi lain dari Bandung. Tapi tentu saja, Malang berbeda dari Bandung. Kali ini kedatangan saya ke Malang dilatarbelakangi oleh misi persaudaraan (halah), yaitu dalam misi menghadiri pernikahan teman satu divisi saya di kantor. Karena kunjungan tahun 2013 lalu (cerita perjalanan saya ke Malang 2013 bisa disimak di sini, di sini, dan di sini) saya tidak sempat mengunjungi tempat-tempat wisata mainstream --saya sebut wisata mainstream karena sepertinya semua orang yang ke Malang pasti posting foto di tempat-tempat tersebut haha-- maka kunjungan kali ini adalah waktunya menebus itu semua.


Berbeda dengan perjalanan 3 tahun lalu yang penuh dengan perjuangan karena harus naik kereta ekonomi (promo pula), disambung bis, dan diangkut bison, kali ini perjalanan saya disponsori oleh pesawat. Mengingat waktu yang mepet dan ketersediaan akomodasi yang tidak memberikan banyak pilihan, plus memang saya juga belum pernah terbang dari Bandung, akhirnya saya memilih berangkat dengan pesawat. Mendarat di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya pada sore hari, saya datang dengan ketakjuban yang membuncah. Inilah kali pertama saya menjejak kaki di bandara Juanda dan well.. unexpectedly, bandaranya ternyata cukup besar, sangat rapi, dan bersih sekali. Hal ini mungkin didukung karena saya mendarat di terminal terbaru milik Bandara Juanda. Sebelumnya saya juga sempat melihat proyek perbaikan dan ekspansi luas bandara Husen Sastranegara di Bandung, kalau sudah rampung semoga bandara yang dulu lebih mirip kompleks ruko itu bisa berubah menjadi seperti Juanda ya hahaha. So much improvements and acceleration on our transportation facilities! Good moves!

•Suasana Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya•

Karena di Surabaya hujan lebat semalaman, akhirnya agenda jalan-jalan di kota Surabaya (baca: agenda makan bebek Sinjay yang termahsyur) harus saya batalkan. Malam itu saya berakhir menginap di kosan teman kuliah dan delivery nasi ayam McD .. tak ada bebek, ayam pun jadi.. malam dilanjut dengan mengobrol-ngobrol mengenang masa kuliah dulu (ternyata saya udah tua #oke). Pagi harinya, saya dan Fitri bergegas packing untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Terminal Bungurasih. Fitri melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumahnya di Madura dan saya melanjutkan solo trip saya ke Malang. Pagi yang cukup melelahkan sampai akhirnya saya tertidur di dalam bis Patas yang driving style sopirnya ya 11-12 dengan driving style metromini :") 2 jam berlalu, sesampainya di Terminal Arjosari Malang, saya dijemput oleh Dapi dan Ibu Neneh, rekan sekantor saya yang juga akan datang ke acara yang sama. Mobil jemputan kami langsung meluncur ke tujuan-tujuan wisata yang sudah diagendakan.

 • Dapi, Me, Ibu Neneh •

1. JAWA TIMUR PARK 2
•Baru Secret Zoo dari dekat•

Jawa Timur Park 2 (Jatim Park 2) beralamat di Jl. Oro Oro Ombo No. 9 Batu. Sebenarnya kebanyakan theme park di Malang berada di Kota Batu yang ternyata merupakan wilayah administratif yang berbeda dengan Malang. Mulanya saya pikir Batu adalah bagian dari Malang, ternyata keduanya merupakan kota yang berbeda walaupun jarak antar keduanya tidak terlalu jauh. Jatim Park 2 merupakan kawasan rekreasi yang memadukan konsep hiburan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kawasan ini sangat menyita perhatian karena wilayahnya yang sangat luas, dari pinggir jalan, kawasan ini terlihat jelas apalagi dengan tulisan berukuran masif  "Batu Secret Zoo" dan "Museum Satwa". Mungkin teman-teman bertanya, kenapa saya tidak ke Jatim Park 1? karena Jatim Park 1 kebanyakan berisi wahana permainan, saya pikir kalau berupa wahana saja sih cukup main di Dufan saja. Jadi, lagi, demi menghemat penggunaan waktu, akhirnya kami memutuskan untuk melewati Jatim Park 1 dan memilih masuk Jatim Park 2.

• Papan Pengumuman Harga Tiket •

Tiket masuk kawasan dibandrol dengan menggunakan paket. Untuk Paket 1 seharga Rp 105.000,- pengunjung bisa masuk ke Museum Satwa dan Batu Secret Zoo dan untuk Paket 2 (Paket Kaget) seharga Rp 125.000,- pengunjung bisa masuk Museum Satwa, Batu Secret Zoo, dan Eco Green Park [harga per tanggal 6 Februari 2016]. Karena baru datang sekitar pukul 12.30 siang, saya dan teman-teman memilih untuk mengunjungi 2 tempat wisata saja. Tujuannya agar tempat wisata di lokasi lain bisa kami kunjungi juga.

• Salah satu view dari pedestrian walk di BSZ •

Kawasan Jatim Park 2 terdiri dari 3 tempat wisata yaitu Batu Secret Zoo (Kebun Binatang), Museum Satwa, dan Eco Green Park (Taman Flora). Entri pertama, Batu Secret Zoo. Ekspektasi saya terhadap lokasi wisata berupa kebun binatang benar-benar rendah, jujur saja saya tidak mengharapkan banyak hal dari sebuah kebun binatang karena saya rasa dimana-mana kebun binatang ya begitu-begitu saja. Banyak binatang (yaiyalah), kandang tidak terurus, dan bau. Tapi yasudah, saya pun meniti langkah ke gerbang masuk. 

• Some Flamingos are more photogenic than me •

Taraaaaaaaraaaa. Saya masuk kawasan Batu Secret Zoo (BSZ) dengan penuh kesima karena realitanya kebun binatang tersebut sangat rapi dan bersih. Kandang-kandang hewan dibuat modern dengan menggunakan pembatas berupa glass wall yang tingginya disesuaikan dengan jenis hewan yang menempati kandang tersebut. Selain itu, pedestrian walk juga dibuat nyaman dengan adanya penunjuk arah dan ber-rute! Hal ini menjadi penting buat saya karena dengan adanya rute tur, pengunjung tidak perlu repot menebak-nebak harus ke jalur mana, kalau mau kesitu lewat mana, dan tidak juga melewatkan satu pun sisi kebun binatang. Koleksi hewannya juga sangat lengkap, bahkan ada pula hewan yang tidak ada di Indonesia seperti Alpaca dan Raccoon (eh ada ga sih selain di BSZ ini? haha) dipamerkan disini. Di beberapa titik kebun binatang pun dipampang papan edukasi interaktif yang bisa digunakan oleh semua orang. 

 • Papan interaktif sebagai sarana edukasi •

 Lokasi yang sangat luaaaas membuat kita cukup kelelahan a.k.a g.e.m.p.o.r ! Saya yakin kalori yang dibakar dengan berjalan mengitari BSZ setara lari dengan medium speed selama 45 menit. Tapi jangan khawatir, untuk teman-teman yang berwisata dengan membawa serta manula, disini disediakan Mini Electric Vehicle yang bisa disewa selama berjalan di kawasan. Kalau saya sih jalan kaki lah ya .......................... (kemudian pulang-pulang langsung ke tukang urut). Kawasan kebun binatang "dipartisi" sesuai dengan jenis hewan. Ada kawasan monyet-monyet, kawasan reptil, kawasan makhluk air, kawasan burung, dan kawasan lain yang saya engga ingat hehehe (maklum, otak ikan). Menyusun kawasan tematik sesuai jenis hewan ini visually pleasing banget deh karena jalur informasi dari mata ke otak kita ga tubrukan, smooth as silk, yeah. Yang paling penting, disini disediakan wastafel-wastafel di beberapa titik yang memungkinkan kita mencuci tangan dengan sabun antiseptik, jadi tidak khawatir deh kalau bersentuhan dengan hewan.

• Salah satu koleksi hewan di BSZ •

Pertanyaan selanjutnya, disini instagrammable ga sih? Jawabannya : iya. Selain hewan-hewannya cantik, disini banyak spot yang bisa digunakan untuk berfoto karena banyak pajangan aneh-aneh haha. By means of aneh adalah unik ya. Yang paling seru adalah ...... kita bisa foto dengan beberapa hewan langsung loh! Ada beberapa spot foto bersama hewan disediakan di berbagai titik, kalau saya tidak salah ingat, ada 2 titik berfoto dengan berbagai jenis burung dan 1 titik untuk berfoto dengan anak macan. Cukup dengan membayar Rp 5.000,- pengunjung sudah bisa berfoto bersama hewan-hewan tersebut. 


Kalau pengalaman saya sih, waktu itu begitu nemu spot pertama tempat foto bersama burung, saya langsung semangat banget sampai burungnya pada kabur! Saya pun ikut antri dan bayar 5ribu untuk foto sama burung beo putih. Saya pikir pos untuk foto bersama burung ya cuman disitu, ternyata setelah berjalan selama 20 menit, saya nemu lagi pos foto bersama burung yang burungnya lebih lucu ...................(kan kampret). Yaudah akhirnya saya foto juga di pos itu yang artinya saya bayar 5ribu lagi hahahah #sebenernyagamaurugi. Setelah puas jalan-jalan di BSZ, kami pun keluar kawasan untuk masuk ke taman berikutnya.

2. MUSEUM SATWA
 • Museum Satwa Tampak Depan

Ketertarikan saya terhadap obyek wisata ini bermula dari instagram Raline Shah. Lah ko bisa? karena waktu itu mbak Raline (akrab banget emang) pernah ngepost foto sedang berlibur disini. Katanya museumnya bagus sekali dan worth untuk dikunjungi. Bagai gayung bersambut, ekspektasi saya terbayar sempurna dengan apa yang saya dapat ketika berkunjung kesini. Saya sendiri heran kenapa baru sekarang saya tahu ada museum sekeren ini. Masih tidak jauh dari tema fauna, museum satwa menyuguhkan pemandangan hewan awetan dari yang sudah punah sampai yang masih bertahan kini. 

• Konstruksi Tulang Belulan T-Rex Menyambut • 

Memasuki kawasan museum, pengunjung disambut oleh konstruksi tulang-belulang Tyranosaurus (T-Rex) yang menjulang megah tepat di tengah-tengah lobby. Instalasi pencahayaan lampu di dalam ruangan dibuat "dimmed", terkesan remang-remang tapi perlu saya akui bahwa efek seperti ini memunculkan kesan dramatis dari obyek yang dipamerkan. 
 
 • Board Hologram 3D

Hewan awetan yang dipamerkan pun beragam, yang menarik biasanya museum satwa hanya memamerkan hewan secara tunggal, singa ya singa saja tok, zebra ya zebra saja tok. Disini hewan yang diawetkan dibuatkan semacam "adegan", semacam "drama" sehingga ada cerita yang secara implisit ingin disampaikan sang obyek. 


• Hewan yang Diawetkan Dipamerkan dengan Adegan • 

Misal beruang kutub dibuatkan adegan bersama penduduk asli kutub, lengkap dengan Iglonya. Ini penting apalagi untuk anak-anak, supaya mereka serta-merta mengenal darimana hewan itu berasal dan kehidupan seperti apa yang dijalankan hewan-hewan tersebut. 

• Koleksi Kupu-Kupu yang Diawetkan


• Jajaran ruangan kaca berisi hewan-hewan yang diawetkan

Sebagaimana BSZ, museum ini juga memiliki rute turnya sendiri. Secara luas sudah pasti museum ini kalah telak dari BSZ tapi dari sisi kenyamanan serta tingkat kemenarikan obyek yang dipamerkan, wah skornya 95 deh buat museum ini. 


Dari semua obyek wisata yang saya kunjungi di Malang dan Batu, inilah tempat favorit saya.

3. MUSEUM ANGKUT

  Museum Angkut dari Depan •

Sekitar pukul 3 sore, langit mulai berintik di kawasan Jatim Park 2 dan kami pun menyudahi tur kami disana. Tujuan selanjutnya adalah Museum Angkut yang sangat terkenal itu. Mobil kami pun melaju membelah hiruk pikuk kendaraan yang sama-sama bergerak menuju kawasan Museum Angkut di Jl. Terusan Sultan Agung No. 2 Kota Batu. 

• Plang Harga Tiket Masuk Kawasan

Karena kami berkunjung di penghujung minggu yang mana merupakan libur panjang Imlek, kedatangan kami langsung disambut oleh antrian loket yang mengular hinggal 50 meter. Suasana yang cukup sesak terlihat di pintu masuk gedung museum dan itu cukup membuat saya hampir mengeluh. Sudah jam 3 sore dan antrian masih sebegitu panjang? huff. Kawasan Museum Angkut terintegrasi dengan obyek wisata Museum Topeng dan Pasar Apung. Didirikan di tahun 2014, museum ini rasanya hanya sepi bila tutup (yaiyalah), maksudnya .. selalu rame aja gitu setiap hari! Tiket yang dibandrol disini adalah Rp 60.000,- untuk kunjungan di hari Senin-Kamis dan Rp 80.000,- di hari lain termasuk hari libur. Waktu itu kami juga ditawari untuk membeli tiket ke Museum Topeng dengan menambah surcharge sebesar Rp 10.000. Yang membuat saya agak kesal adalah adanya biaya tambahan untuk setiap unit kamera yang dibawa sebesar Rp 15.000. Cukup mahal sih menurut saya. Singkat cerita, kami pun masuk.

Koleksi mainan berbentuk mobil-mobil mewah •
 
Berbagai moda transportasi dipamerkan disini, dari mulai motor, mobil, dokar, hingga helikopter. Bahkan Titanic pun ada disini loh .................. miniaturnya heheheh. Terbagi menjadi sekitar 3 lantai, gedung terdepan memamerkan berbagai tipe moda transportasi dari berbagai merek. Kebanyakan orang mencoba berfoto di samping atau di depan kendaraan yang mentereng. Sebut saja merek-merek mobil mewah seperti BMW hingga Roll's Royce tampil meramaikan bursa. Meski demikian, masih saja ada orang-orang alay yang bersandar/memegang benda pameran padahal ada papan yang menyatakan larangan. Buat saya yang tertarik pada urusan mekanik (yea teknik mesin pride), museum ini bagai pemuas dahaga tapi tidak juga sih .. kemungkinan besar karena terlalu banyak orang, jadi kita tidak bisa berlama-lama mengamati sebuah objek. Mirip dengan taman edukasi sebelumnya, Museum Angkut dibuat ber-rute dan dilengkapi dengan area-area edukasi interaktif baik melalui kinetis, audio, visual, maupun audio visual.
  Salah satu Pojok Edukasi Interaktif melalui Audio •

Yang paling saya ingat ketika mendengar Museum Angkut tentu saja teman-teman saya yang berkata bahwa disana ada tempat dimana kita bisa berfoto bak di luar negeri. Seputaran gedung itu saya tidak menemukannya, ternyata saya menemukannya di sisi lain kawasan yang ternyata jauuuh lebih besar daripada yang saya bayangkan.

Melangkah ke area outdoor, saya disambut dengan pemandangan miniatur kota yang dibuat seperti kota sungguhannya. Masih banyak benda yang dipamerkan dan kerennya, benda-benda ini bisa dinaiki atau dipakai untuk dijadikan komplementer ketika mengambil foto haha.

Terpukau Oleh Sate (?) (Cant even make better caption) •

Karena keterbatasan kamera, saya tidak bisa mengambil gambar pemandangan museum outdoor secara penuh tapi saya merekamnya dengan baik di ingatan saya. Kalau teman-teman sempat untuk googling, silahkan cari informasinya banyak-banyak karena menurut saya tempat ini worth untuk dikunjungi.

Berpose dengan Kendaraan Andalan Masing-Masing :p  •

Kawasan museum angkut bagian outdoor dibagi menjadi beberapa kawasan tematik. Pembagian kawasan dilakukan berdasarkan benua-benua yang ada di dunia. Jadi ketika kita masuk ke kawasan Asia, kita akan disambut dengan pameran moda transportasi yang mereknya berasal dari Asia, begitupun apabila kita berkunjung ke kawasan Eropa, dan Amerika. Yang paling seru adalah kawasan Amerika karena disini dibuat seperti mini Hollywood. Ada berbagai replika bangunan yang berjajar dan memberikan kesan bahwa kita sedang berada di luar negeri. Ternyata banyak sekali orang berkumpul disini untuk berfoto dengan background khas pemandangan luar negeri.
Kawasan Miniatur Amerika •

Karena terintegrasi dengan Museum Topeng dan sudah beli tiketnya, secepatnya setelah kami menyelesaikan tur Museum Angkut, kami melaju ke rute lainnya yang masih berada di Komplek yang sama. Sayangnya saya tidak sempat merekam suasana saat berada di Museum Topeng hehehe kecapean saudara-saudara. Yang bisa saya visualisasikan dari Museum Topeng, isinya ya topeng. Tapi ada juga benda pamer lain seperti berbagai jenis batik, barang pecah belah perabot rumah tangga. Kalau saya boleh memberi rating, Museum Topeng ini bagai langit dan bumi dengan museum sebelahnya. Museum Topeng dibuat dalam 1 ruangan indoor yang tinggi ruangannya mungkin tidak lebih dari 2,5 m. Rute tur dibuat seperti bentuk labirin dengan koridor selebar 3 orang dewasa, kanan dan kiri kita diletakkan etalase kaca berisi benda pamer. Lampu yang digunakan juga hanya temaram seadanya sehingga menimbulkan kesan kalau Museum ini hanya dipaksakan ada dan tidak membekas di hati saya. Padahal isi museum tersebut adalah salah satu peninggalan budaya asli milik Indonesia loh. Semoga apabila saya bisa berkunjung kesana lagi, Museum Topeng bisa dimaksimalkan lagi kualitas penataannya.

  Salah satu sudut Pasar Apung •

Rasa lapar mulai menyerang, kami pun memilih untuk bersantai sejenak di kawasan Pasar Apung yang berada tak jauh dari lahan parkir mobil. Pasar Apung ini mirip sekali dengan Floating Market di Lembang. Ada danaunya, ada lesehan-lesehan dan tentu saja lengkap dengan para penjaja kuliner. Sembali selonjoran menunggu adzan Maghrib, kami memilih bersantai menikmati sore yang sejuk di Kota Batu ditemani sepiring mendoan hangat. Ena~

Perjalanan selanjutnya kami lanjutkan ke kawasan Batu Night Spectacular. 2013 lalu, saya dan kawan-kawan berkunjung kesini. Taman ini merupakan taman bermain yang dibuka mulai sore hari. Yang paling terkenal dari sini tentu saja Taman Lampion yang memuat beranekaragam susunan lampion yang indah. Disini ada pula wahana-wahana permainan seperti Rumah Hantu, Rumah Kaca, serta permainan-permainan yang sering ditemukan di Dufan. Berhubung hujan turun tiba-tiba, kami pun mengakhiri tur dengan cepat agak tidak sakit.

Keesokan harinya, kami datang ke agenda terpenting, yaitu datang ke acara pernikahan kolega kerja kami. Untuk kenyaman dan privasi, saya tidak akan bercerita tentang acara tersebut pokonya selamat berbahagia kepada kedua mempelai! :D Hari ini saya dan kedua rekan saya akan kembali ke Bandung dengan kereta keberangkatan pukul 15.00 sore. Sebelumnya kami menyempatkan diri untuk singgah ke Toko Oen sesaat setelah check out dari hotel.

4. TOKO OEN
Toko Oen merupakan salah satu obyek yang paling diburu di Malang yang terletak di Jl. Basuki Rachmad No. 5 dekat sekali dengan Alun-Alun Kota Malang. Toko yang sudah berdiri sejak 1930 ini menawarkan sajian es krim home made special yang dihidangkan dalam berbagai pilihan rasa. Selain es krim, di Toko Oen juga pengunjung bisa memesan menu-menu berat seperti nasi goreng, steak, serta sajian Indonesia-Belanda lainnya. Yang saya perhatikan, restoran ini menyajikan menu dengan pork. Buat saya yang tidak bisa dan tidak mau makan pork, saya memilih untuk memesan es krim saja :)

 • Oldies Advertisement

  Kursi begini enak banget, ingin bawa pulang •

  Pilihan Dapi, saya lupa namanya pokonya pake Bahasa Belanda :D •

Rata -rata harga satu porsi es krim berkisar di 25.000-80.000 tergantung varian rasa dan ukuran yang diinginkan. Untuk pesanan saya dibandrol seharga Rp 50.000,- sebenarnya agak mahal ya untuk ukuran sajian 3 scoops ice cream. Saya pribadi sih kurang suka sama es krimnya, menurut saya masih enak eskrim McDonalds, tapi saya yakin ini eskrimnya mahal memang 1. karena tidak pakai pengawet 2. karna home made alias semuanya dibuat secara manual.

  Pilihan saya, Oen's Special •

Itulah 2 hari singkat saya di Malang, sebetulnya ada cerita yang saya lewat yaitu kunjungan kami ke Bakso President. Sangking laparnya, saya lupa ambil foto saat sedang santap malam disana. Tapi emang sih, luar biasa sekali sensasi makan bakso di pinggir rel dimana kereta masih bergerak kesana kemari. Malang selalu memberikan kesan bersahabat untuk para tamu yang datang, semoga semua pengunjung dan turis yang datang ke Malang dan Batu bisa jaga lingkungan supaya tetap nyaman sampai kemudian hari.

Terima kasih sudah menyimak dan sampai jumpa di tulisan berikutnya!

R


No comments:

Post a Comment